Pendidikan 3 menit membaca

Kisah Inspiratif Mahasantri IIQ An Nur Nur Tata Dengan Segudang Prestasi

 Kisah Inspiratif Mahasantri IIQ An Nur Nur Tata Dengan Segudang Prestasi
Mahasantri Nur tata/ist

JOGJABROADCAST-Bantul-Tidak semua pilihan hidup datang dari diri sendiri. Kadang, arahan orangtua justru menjadi jalan yang membawa kita pada takdir terbaik. Itulah yang dialami oleh Nur Tata, wisudawan Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur Yogyakarta.

Sejak kecil, Tata telah ditempa dalam lingkungan religius. Pendidikan formalnya dimulai di Papua—dari TK hingga MTs—lalu berlanjut di SMK Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, hingga akhirnya menambatkan langkah kuliah di IIQ An Nur. Di luar bangku sekolah, ia juga ditempa dalam pendidikan non-formal di berbagai pesantren: PP. Latifah Mubarokah, PP. Al-Kahfi Somalangu, dan PP. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.

Tata lahir dari keluarga sederhana. Sang ayah adalah seorang guru SD yang kini telah pensiun PNS, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. Meski demikian, kedua orangtuanya tetap konsisten mendidik. Di rumah, mereka berdua mengelola TPQ setiap ba’da Subuh dan ba’da Maghrib, memberi teladan nyata bahwa ilmu dan pengabdian berjalan beriringan.

Awalnya, Tata sempat bimbang. Setelah lulus SMK, orangtua menyarankannya kuliah di IIQ An Nur dan memilih jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT), agar kuliah dan ngajinya berjalan seirama. Dengan berat hati, ia menuruti saran itu. “Mondok sambil kuliah bukan perjalanan mudah. Saya harus benar-benar pandai mengatur waktu,” kenangnya.

Tantangan terbesar adalah ketika menghadapi perkuliahan di IAT. Ia sempat merasa kesulitan, namun tekadnya sederhana: sesulit apa pun, jangan sampai mengulang mata kuliah. Ketekunan itu membawanya melangkah hingga semester tujuh, ketika ia mengajukan skripsi dengan judul unik: “Tafsir Al-Qur’an dan Artificial Intelligence: Studi Hermeneutika Al-Qur’an pada ChatGPT.” Dari proses skripsi inilah, Tata menemukan minat besar pada dunia akademik, terutama kajian Al-Qur’an kontemporer.

Prestasi Tata pun berbicara. Ia meraih Juara 1 Karya Tulis Ilmiah Nasional, Juara 1 Debat Kepesantrenan DIY, Finalis Debat Kepesantrenan Nasional, Finalis Karya Ilmiah Remaja Provinsi DIY, hingga aktif menulis di Medium dan website Contradixie. Di sisi lain, ia juga seorang hafizah dengan capaian 30 juz Al-Qur’an, sekaligus pengurus PP. Al-Munawwir Komplek Nurussalam Krapyak (2022–2024). Semasa sekolah, ia pun dipercaya sebagai Wakil Ketua OSIS baik di MTs maupun SMK.

Di balik semua itu, Tata menyimpan kesan mendalam pada kampusnya. “Suasana kelas selalu menyenangkan dengan bapak-ibu dosen yang hebat,” ucapnya. Ia pun melangitkan doa: semoga IIQ An Nur terus melaju dan terbang lebih tinggi.

Bagi Tata, hidup adalah proses menuju kedewasaan berpikir. Ia merangkumnya dalam satu monolog pribadi: Menuju pikiran canggih dan meruang bijak. Dari perjalanan penuh disiplin dan pencapaian ini, Tata membuktikan bahwa integrasi antara pesantren dan akademik bukan sekadar mimpi, melainkan jalan yang melahirkan generasi Qur’ani yang unggul dan berprestasi.(^)